Sunday, January 9, 2011

"To a child, love is spelled T-I-M-E." -Unknown-

Minggu yang lalu, secara resmi saya berhenti bekerja untuk TBI The British Institute, sebuah kursus Bahasa Inggris tempat saya bekerja dalam 5 tahun terakhir ini. Good times and bad times, all the precious moments and beautiful friendship are kept in my heart and in my mind...  and it will last forever.

Di hari terakhir saya bekerja, teman-teman dari admin dan academic TBI Serpong (kantor terakhir saya bekerja di BSD City) "ngerjain" saya :) .... Nggak apa-apa deh, soalnya abis dikerjain dikasih hadiah sih he..he..he... Di antara sekian banyak hadiah, ada satu yang sangat berkesan buat saya. Sebuah buku berjudul : "Life's Little Book of Wisdom for Mothers". Ohh... I love it so much, thanks a lot guys... it means the whole world to me.



Salah satu kata-kata bijak yang tercantum dalam buku itu adalah : "to a child, love is spelled T-I-M-E"... Saya lihat di facebook salah satu teman saya, (kayaknya dia deh yang beliin itu buku, apalagi dia punya member card di toko buku Times) statusnya baru di update : "To a child, love is spelled T-I-M-E." (Unknown). Added by me: "To an adult, love is also spelled T-I-M-E."

Kemarin saya coba tanya ke anak-anak saya (Kristina, 10 dan Jonathan, 5), gimana sih perasaannya Mama ada dirumah sekarang? And you know what? They shouted: "Hoorreeyyyy ..... Mama di rumah ya sekarang?" "Yeeeyyyyyy..." And they hugged me like they have never done it before. I think, that explain all. 

Terus, saya perhatikan Mama saya (Eyang Uti) dan saya baru sadar bahwa Mama saya lebih ceria, misalkan waktu kami berdua menyiapkan makanan dan masak. Ada teman ngobrol, dan terutama teman yang bisa diceritakan suatu pengalamannya di masa lalu...  Bagaimana menurut suami saya? Nggak usah ditanya lagi deh ...

Jadi kesimpulan saya, untuk semua orang - baik tua maupun muda - love is spelled T-I-M-E ... Susah memang kalau dilihat bagaimana dari segi financial, tapi saya yakin Tuhan akan memberikan jalan. Hmmm, I think to GOD, love is also spelled T-I-M-E..

Foto-foto akan segera menyusul yach... 

Peace and love,
Windy Indira

Tuesday, January 4, 2011

Sebuah cerita singkat - Kisah Tragis Supir Taksi

Kisah-kisah tragis dalam kehidupan rakyat kecil, seperti contohnya kehidupan para supir taksi di kota Jakarta, sudah sangat sering kita dengar. Dari sekian banyak cerita yang pernah saya baca atau saya dengar, beberapa kisah diantaranya terkadang membuat hati saya terasa miris...

Malam ini, sepulang dari tempat saya bekerja di wilayah Serpong menuju ke rumah di wilayah Jakarta Selatan, saya mendengarkan kisah kematian tragis seorang supir taksi. Saya sebenarnya merasa sangat lelah dan mengantuk saat itu, sehingga saya memutuskan untuk naik taksi di wilayah Veteran - Bintaro. Supir taksi yang saya tumpangi malam itu berusia kira-kira 50 tahun, badannya agak gemuk, kulit sawo matang, dirambutnya sudah tampak uban disana sini dan dari raut wajah serta suaranya, Bapak itu terkesan ramah, baik dan tahu sopan santun.

Teman saya yang saat itu pulang bareng naik taksi tersebut, bertempat tinggal di daerah Pondok Indah. Jadi kami mampir untuk mengantarkannya lebih dahulu, sesudah itu langsung menuju ke rumah tempat saya tinggal. Kami harus sedikit memutar karena di daerah perumahan tersebut banyak sekali jalan yang ditutup dengan alasan keamanan. Kami berpapasan dengan beberapa petugas jaga malam  sepanjang daerah tersebut. Inilah awal mula cerita supir taksi tersebut.

Menurut beliau, beberapa petugas keamanan seperti satpam dan para polisi banyak yang bekerja sama dengan maling dan penjahat untuk berbagi hasil kejahatan. Tentu saja hal itu bukan cerita baru bagi kita, bukan? Tuturnya kemudian, "Kalau kita kehilangan sepeda, bisa-bisa kita kehilangan motor juga mba". "Lho, kenapa bisa begitu Pak?" saya bertanya dengan rasa ingin tahu. "Begini mba, ... kita melapor ke polisi bahwa sepeda kita hilang. Nanti polisinya akan bertanya, apakah kita mau sepeda tersebut diketemukan dan dikembalikan. Kalau mau, kita harus bayar dulu, dan bayarnya bisa seharga motor mba." Hmmm... sepertinya saya baru dengar hal yang semacam itu.

Kemudian si bapak melanjutkan, "Baru-baru ini saya kehilangan sepeda motor, dan saya langsung melaporkannya kepada pihak berwajib. Seperti yang sudah saya duga, mereka menanyakan apakah saya mau sepeda motor saya kembali. Saya bilang bahwa saya hanya mau melaporkan saja, supaya kalau motor tersebut nantinya digunakan untuk kejahatan, saya ada bukti kalau sudah melaporkan kehilangannya mba." 

"He's smart...", begitu yang saya pikirkan. "Sedih ya Pak, rasanya sudah tidak bisa lagi kita mengharapkan keadilan berpihak pada orang-orang yang tidak punya", begitu komentar saya. Si bapak melanjutkan kembali dengan cerita selanjutnya. Saat itu lampu lalu lintas di perempatan Arteri Pondok Indah berganti dari warna hijau menjadi warna kuning dan selanjutnya warna merah menandakan kami harus berhenti. Saya dapat dengan jelas mendengarkan cerita tersebut.

"Itu belum seberapa, mba. Beberapa bulan yang lalu, saya kehilangan seorang rekan saya. Beliau seorang supir taksi juga, seumuran dengan saya dan sudah mempunyai cucu. Taksinya dirampas dan mereka membunuhnya karena melawan. Tubuhnya dibuang di daerah Tangerang dan diketemukan oleh warga seminggu setelah peristiwa naas itu terjadi. Tentu saja badannya sudah membusuk. Teman saya ini dilaporkan hilang sekitar jumat malam dan diketemukan sudah tidak bernyawa di jumat malam berikutnya".

"Beberapa perwakilan dari taksi tersebut melaporkan ke kantor polisi beberapa hari setelah teman saya menghilang. Adalah sangat kebetulan sekali, bahwa taksi yang dirampas tersebut dikenali oleh salah seorang rekan saya diparkir di kantor polisi tersebut. Nomor taksinya sudah dihapus, tapi karena sudah terlalu lama merekat maka bekasnya masih sangat kentara sehingga masih mudah untuk dibaca. Mereka langsung melaporkannya kepada kepala polisi ditempat itu dan segera diusut. Dalam waktu singkat, kasus ini segera dapat dipecahkan. Ada empat orang yang terlibat dan dua diantaranya adalah polisi. Mereka langsung dipecat dari jajaran kepolisian".

"Sebenarnya almarhum menguasai ilmu bela diri mba, namun dari penuturan para pelaku, korban diserang dalam posisi sedang menyetir sehingga gerakannya sangat terbatas. Karena melawan, korban dibunuh dan langsung dibuang sedangkan taksinya dibawa kabur".

"Sebelum meninggal, saya sempat menegur beliau karena terlalu sering bekerja hingga larut malam. Saya menyarankan agar pulang setelah jam 12 malam. Namun beliau mengatakan bahwa dua orang anaknya masih membutuhkan biaya untuk kuliahnya. Kalau ia tidak bekerja keras darimana lagi ia harus mendapatkan uang kuliah? Belum lagi untuk biaya hidup." 

"Jadi peristiwanya terjadi lewat tengah malam, mba. Dan memang justru saat-saat seperti itulah yang sangat rawan kejahatan. Atmosfirnya beda lho mba..!.", ia menekankan kalimat terakhirnya.

Sejenak saya terdiam dan membayangkan betapa beratnya tekanan hidup yang harus ditanggung oleh istri dan anak-anak yang ditinggalkan. "Menyedihkan sekali ya Pak..., ada orang yang berusaha hidup dengan baik dan mencari nafkah dengan jujur. Namun hal itu pun dirampas oleh orang-orang yang tidak punya belas kasihan, mementingkan diri sendiri dan mencari uang dengan cara yang salah. Bagaimana nasib kedua anaknya yang sedang kuliah dan bagaimana sang istri yang harus menanggung beban hidup di usia yang sudah tidak muda lagi?......." Kami berdua berdiam diri dan tidak berkata-kata lagi.

Rasanya bisa gila kalau setiap hari kita mendengarkan kisah-kisah ketidak adilan, kesengsaraan hidup dan kekejaman yang dapat dilakukan manusia terhadap sesamanya. Apa yang bisa kita lakukan? Saya merasa sangat sedih..., tidak berdaya..., miris... 

Tuhan..., mengapa harus terjadi hal-hal seperti itu? Apakah ada yang bisa saya lakukan?...

Sesampainya dirumah, saya berganti pakaian dan mencoba menuliskan apa yang baru saja saya dengar. Sengaja saya tidak menyebutkan nama taksi, nama supir atau pun keterangan lain yang saya dapat dari cerita tersebut. Saya tidak ingin memojokkan siapa pun. Tujuan saya hanyalah menceritakan ulang  kisah tersebut dalam bentuk tulisan dan agar kita semua lebih berhati-hati dalam setiap tindakan dan keputusan yang kita ambil. Harapan saya yang terbesar adalah ada yang dapat kita lakukan untuk menghentikan hal-hal semacam ini terjadi lagi.

Semoga Tuhan senantiasa melindungi kita.

Monday, January 3, 2011

GADIS

Beberapa tahun yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman di tempat saya pernah bekerja selama kurang lebih 3 tahun di bilangan Jalan Sudirman di Kota Jakarta. Namanya Gadis. Ia berasal dari daerah Sumatera Barat dan sangat bangga akan hal itu.

Apa sih yang terlintas dipikiranmu saat pertama kali mendengar namanya? Hmm... muncul bayangan seorang wanita muda, cantik, langsing dan menarik, pokoknya semua hal yang ideal untuk seorang wanita di mata pria. Dan memang, Gadis adalah seorang wanita muda yang cantik, langsing, memiliki kulit sawo matang yang bersih, rambutnya lurus dan hitam legam sebahu, mata dan bibirnya seksi, penampilannya modis, berasal dari keluarga yang mapan bahkan cenderung berkelebihan sehingga mampu membiayai kuliahnya di Belanda dan Inggris. Gadis juga sangat beruntung karena memiliki kecerdasan di atas rata-rata alias smart dan pandai membawa diri dalam bergaul. 

Ada satu lagi yang saya suka dari Gadis, yaitu sifatnya yang rendah hati, tidak sombong dan sopan tingkah lakunya. Pribadi yang sangat menyenangkan. Dan sebagai sesama wanita, saya merasa sangat bersyukur karena dapat mengenal Gadis dan bekerja bersama-sama dengannya dalam 1 tim. Memang sempat terbersit rasa iri hati karena Gadis memiliki hampir semua yang saya idamkan sebagai seorang wanita. Tapi hal itu tidak membuat saya membenci, memusuhi atau menjauhinya. Rasa iri itu lebih mengarah kepada kekaguman dan akhirnya banyak hal-hal yang positif muncul seperti persahabatan, pertemanan dan prestasi kerja yang meningkat.

Pada tahun 2007, saya sempat mengikuti sebuah workshop menulis yang diadakan di daerah puncak. Pada saat itu terlintas di pikiran saya untuk menulis sebuah cerita mengenai Gadis. Namun saya mencoba untuk menulisnya dari sudut pandang seorang pria.

Bagaimana ceritanya? Ini dia ...

GADIS

  
Mana ada sih di dunia ini manusia yang sempurna? Punya banyak kelebihan tapi tanpa kekurangan, tanpa cacat sedikit pun. Nggak mungkin deh. Tapi memang wajar kan, karena memang manusia diciptakan oleh Yang Kuasa dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Siapa sih yang nggak setuju dengan pernyataan itu?

Sebagai pria lajang yang sedang mencari pacar, atau lebih tepatnya calon istri, aku setuju banget bahwa wanita mana pun nggak ada yang bener-bener sempurna. Ada cewe cantik banget, eh borosnya nggak ketulungan. Ada lagi cewek yang diomongin itu kebanyakan cuma baju terbaru, sepatu model Perancis, asesoris kalung unik de el el. Ada cewek yang smart, tampang lumayan oke, eh galaknya ampun ampunan. Mana cerewet lagi, huh…

Sudah banyak cewe yang aku kenal, secara umurku yang sudah kepala tiga alias tiga puluhan. Tapi, yahh.. bener-bener mengecewakan. So, memang benar kalau dibilang, nggak ada tuh manusia atau cewek yang sempurna.

Sampai-sampai Tante Mila pernah kasih komentar yang menurutku aneh, “Udah Joe, Tasya itu memang nggak pinter-pinter banget, tapi orangnya baik, cantik lagi. Nikah aja sama dia. Nggak usah pikirin kekurangannya. Nanti juga kamu bisa menerima dia apa adanya.” Aku hanya tersenyum sambil mengangguk sopan terus ngeloyor pergi menjauh dari Tante Mila and the geng.

Please dech, kalau istriku nggak pinter (sebenernya sih, menurutku Tasya itu bolotnya minta ampun) gimana anak-anakku nantinya? Pernah sih, aku merasa hampir menemukan “soul mate” pada diri Miranda. Cewe cantik lulusan S-2 Psikologi sebuah Universitas Swasta terkenal di Jakarta, yang saat ini memimpin sebuah perusahaan konsultan Human Resourse namun tetap low profile itu memang impian banyak pria. Aku merasa beruntung sempat pacaran selama 1 tahun dengan Miranda, sampai ia ketahuan selingkuh dengan salah satu karyawan di perusahaan tempat ia bekerja. Pada saat itu aku sudah berencana untuk melamarnya dan memintanya untuk menjadi pendamping hidupku.

Apakah memang aku kurang beruntung dalam mencari pasangan hidup? Padahal tampangku lumayan oke, banyak yang bilang kalau aku mirip Jonathan Fritz, artis sinetron muda bertampang imut. Orang lain yang bilang lho…! Keluargaku tergolong “mampu” sehingga dapat menyekolahkan aku ke Amerika untuk mendapatkan titel MBA. What’s wrong? Apakah memang nggak ada cewe yang sempurna di dunia ini?

Yah,…. Aku tetap berpendapat bahwa memang nggak ada tuh yang namanya cewe sempurna, sampai pada suatu hari saat aku masuk kantor setelah mengambil cuti selama 1 minggu.
“Hai, namaku Gadis.” Aku terpana sesaat. “Oh .. mmm  hai juga. Aku Joe”. Mba Linda yang melihat ekspresi mukaku saat bersalaman dengan Gadis, berusaha menahan tawa. “Gadis ini baru masuk seminggu yang lalu Joe. Saat ini dia menjabat sebagai Deputi Manager Marketing untuk menggantikan Ibu Cindy yang mengundurkan diri bulan depan.”

Aku tidak terlalu mendengarkan kata-kata Mba Linda. Aku benar-benar terpesona dengan penampilan Gadis saat itu. Wajahnya cantik dan manis. Kulitnya bersih, kuning langsat dan dari wajahnya seperti memancarkan keramahan dan kebaikan hati. Tubuhnya langsing dan tinggi semampai. Rambutnya hitam terawat dan panjang sebahu. Pakaian yang dikenakan casual namun tetap berkesan profesional. Dan saat ia tersenyum aku benar-benar terpaku. Tutur katanya sopan banget tapi tidak kaku. Terkesan bahwa ia adalah seorang yang sigap dan energik saat berbicara denganku dan rekan-rekan kerjaku.

Pada saat makan siang aku berusaha memandang ke arah Gadis yang sedang makan semeja dengan cewe-cewe yang lain. Ia terlihat bercanda dan tertawa riang dengan yang lainnya. “ Woy… bengong aja Joe. Gimana cutinya?, sapa Wawan. “Yah … gitu deh, biasa aja.” Aku meneruskan makanku sambil sesekali menjawab pertanyaan-pertanyaan Wawan. “Lagi ngeliatin siapa sich, Gadis ya?, tebak Wawan sambil ikut memandang ke arah Gadis. “Iya…., baru masuk ya?, aku pura-pura nggak tahu aja. “Iya Joe, dia masuk seminggu yang lalu. Oke, khan? Semua pada heboh, Joe. Habis, itu cewe cakep banget. Mana pinter, baik, nggak sombong, kaya lagi.” “Ah, pada tau darimana kalau dia baik, nggak sombong bla.. bla.. bla, kan baru 1 minggu dia disini”, sambil pasang muka acuh aku mengomentari Wawan. “Gadis kan dulu temen kampusnya Sisca. Sisca udah kenal Gadis dari mulai kuliah sampai sekarang. Posisi itu juga Sisca yang tawarkan ke Gadis.”

Mulai saat itu, pikiranku hanya dipenuhi oleh gambaran Gadis yang sedang berbicara dengan klien, Gadis yang sedang memimpin rapat pertamanya, Gadis yang sedang berbicara akrab dengan Pak Sugeng office boy di kantor dan lain sebagainya. Selama 1 minggu aku merasa gelisah karena bayangan Gadis tidak pernah lepas dari ingatanku.

Sebenarnya, hanya ada satu yang berusaha aku temukan dari Gadis. Ada nggak sih kekurangannya? Semua orang suka padanya. Penampilannya sederhana namun tetap modis. Kata Sisca, dari dulu Gadis memang oke kalau masalah mode. Tapi anehnya dia paling pantang ngabisin uang untuk belanja sepatu atau baju. Beli sekali-sekali tapi yang bagus sekalian katanya. “Padahal Joe, orangtuanya tajir banget. Honda Jazz yang Gadis pakai ke kantor itu pemberian papanya. Itu udah dari 3 tahun yang lalu. Terus dia mau dibelikan apartemen, eh…. dia nggak mau, alasannya boros dan dia masih pengen tinggal sama papa mamanya. Eit… tapi jangan salah. Gadis nggak manja lho, justru di rumah dia sering masak buat makan malam dan sarapan bareng pembokatnya. Secara dia emang seneng masak dan bikin kue. Uah… top banget kan?” Sisca mengoceh terus tanpa henti.

Apanya yang kurang? Kelihatannya semua yang terlihat dari Gadis hanya semata-mata kebaikan, keramahan, kecerdasan dan tentunya kecantikan yang sangat alami. Ia pun tak pernah melalaikan waktu beribadah setiap hari. Cantik luar dan dalam nih.

Kira-kira 2 minggu kemudian, aku mendapat kesempatan emas untuk makan siang bareng Gadis di kantin kantor. Kami duduk semeja dan hanya berdua saja. Awalnya kami membicarakan masalah proyek terbaru dari Pak Anwar. Harus kuakui, Gadis memang brilliant! Dan yang membuat aku semakin kagum adalah Gadis tidak menyombongkan dirinya, sehingga semua orang merasa nyaman bekerja sama dengannya. Termasuk aku. Kemudian aku mulai bertanya-tanya mengenai keluarganya. Sebenarnya sih, aku sudah tahu dari Sisca. Memang paling gampang mengorek informasi dari cewe yang satu itu. Bawain aja cemilan ke mejanya, tanyakan satu kalimat, jawabannya 3 paragraf, he..he…

Memang benar-benar menyenangkan berbicara dengan makhluk cantik yang satu itu. Akhirnya, aku menemukan wanita sempurna di dunia ini.  A Perfect Woman, not just a Pretty Woman.

******

Sudah 5 bulan kami saling mengenal, namun aku belum punya keberanian untuk mengajaknya keluar. Sebenarnya aku masih penasaran, apakah benar Gadis tidak punya kekurangan satu pun juga? Semakin lama, dan semakin banyak informasi yang kudapat tentang Gadis, benar-benar oke. Mengenai percintaan, ternyata Gadis tipe cewe yang setia. Justru 2 kali pacarnya berselingkuh dengan cewe lain. Pertama kali ketahuan, Gadis memaafkan sang pacar karena ia memohon maaf dan berjanji tidak akan terulang lagi. Namun kedua kalinya, Gadis memutuskan hubungan mereka. Sampai saat ini, menurut Sisca, Gadis masih menjomblo.

Lama kelamaan Sisca menyadari perhatianku pada Gadis. “Joe, gue setuju banget kalo elo jadian sama Gadis. Cepetan aja jadian, soalnya gue denger Pak Anwar akan menempatkan Gadis di cabang Jakarta Selatan. Elo bakalan jarang ketemu Gadis lho.”

Hmmm, sebenarnya ini kesempatanku tapi aku masih tetap penasaran. Ada nggak sih kekurangan cewe manis itu? Aku ingin sekali mengetahui bagaimana Gadis bersikap di tempat lain. Aku dengar di kantor cabang situasi kerja penuh tekanan dan orang-orangnya kurang simpatik.
Tapi baru sebulan Gadis bekerja di kantor cabang, prestasi kerja mereka mengalami peningkatan. Roni, rekan kerjaku di sana mengatakan bahwa Gadis benar-benar jadi pusat perhatian.

“Orangnya keren banget Joe, baik dan nggak sombong. Tapi otaknya encer banget. Cantik lagi. Sayang gue udah punya anak istri. Kalo belum, gue udah tembak jadi pacar gue Joe…” Sesekali aku masih berhubungan dengan Gadis. Masalah kerjaan sih. Tapi cukup mengobati kerinduanku selama 6 bulan ini. Sisca berhenti bekerja karena baru melahirkan anak pertamanya dan suaminya memintanya untuk tinggal di rumah saja. Aku benar-benar kehilangan Sisca, sebagai rekan kerja dan sebagai sumber informasiku mengenai Gadis.

“Hai Joe apakabar nih?, terdengar suara yang sangat riang dari telepon genggamku. “ Eh Gadis, aku baik-baik aja kok. Gimana kerjaan di cabang?” aku berusaha menahan rasa rinduku. “Oke, capek sih tapi dibawa seneng aja. Karena kita kerja bareng-bareng tim yang kompak jadi nggak berasa capeknya”. “Bagus deh, kamu memang top banget. Aku salut sama kamu, dis” dalam hati aku berkata “Aku kangen sama kamu, dis”…. Kami berdua tertawa. “Eh, ada apa dis, kok kamu telepon siang-siang gini. Kangen ya?” he..he..
“Bisa aja Joe. Ini, aku mengundang temen-temen dari kantor pusat untuk datang ke acara pesta ulangtahunku di rumah Malam Minggu besok. Pada bisa dateng semua kan? Soalnya sekalian Joe, digabung dengan acara lamaran dari Mas Andrew. Memang sih rencana pernikahan kami berdua masih tahun depan, tapi kami merasa setelah hampir satu tahun pacaran, sebaiknya kami mengikat hubungan secara lebih serius. So, what do you think?”

Kini aku tahu jawabannya. Kekurangan Gadis cuma satu. Dia sudah ada yang punya…



A short story by Windy Indira

Sunday, January 2, 2011

My first favorit song in 2011 : Selamanya Cinta

Dear All,

I love musics.... I love songs.... Good musics and good songs are my inspiration.

Sebenarnya ada banyak sekali lagu2 yang saya koleksi di album pribadi saya di youtube. Mulai dari lagu-lagu barat, lagu-lagu dari anak negeri, lagu-lagu rohani, lagu anak-anak dan sebagainya. Namun, belakangan ini lagu yang dipopulerkan pertama kali oleh Yana Yulio tahun 1995 ini, berhasil mencuri perhatian saya. Kalau tidak salah yang menciptakan lagu ini Yana Yulio bersama Dorie Kalmas. Dari sebuah situs yang saya baca, disebutkan bahwa lagu ini hasil dari "mengacak-acak" lagu orang lain, seperti Do You Dream of Me dari Michael W.Smith, dan  This Love Will Last dari Dayton. Menurut saya pribadi, melodi lagu-lagu tersebut menginspirasi sang pencipta lagu sehingga dapat menghasilkan sebuah lagu ... alias kreatif.

Syairnya puitis, romantis dan tidak murahan. Dari lagu ini, saya menangkap sebuah cerita, sebuah ungkapan perasaan dan saat dinyanyikan liriknya menjadi sangat selaras dengan melodi, nada dan iramanya.

Berikut ini syair lagu dan juga video clip Selamanya Cinta yang dinyanyikan kembali oleh D'Cinnamons, untuk theme song film Cintapuccino. Enjoy....


 
SELAMANYA CINTA

Dikala hati resah
Seribu ragu datang memaksaku
Rindu semakin menyerang
Kalaulah ku dapat membaca pikiranmu
Dengan sayap pengharapanku ingin terbang jauh

Biar awanpun gelisah
Daun daun jatuh berguguran
Namun cintamu kasih terbit laksana bintang
Yang bersinar cerah menerangi jiwaku

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku
Selamanya selamanya...

Biar awanpun gelisah
Daun daun jatuh berguguran
Namun cintamu kasih terbit laksana bintang
Yang bersinar cerah menerangi jiwaku

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku
Rasa cinta yang tulus dari dasar lubuk hatiku Oh...

Tuhan jalinkanlah cinta
Bersama selamanya...

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku
Selamanya selamanya...

Saturday, January 1, 2011

2011 the year of hope

Happy New Year 2011 everyone...

This is my first blog, (where have you been?...) and the reason why I finally decided to make my own blog is because I always want to become a writer. And not just a writer but a successful writer... One of the professional writer in Indonesia, who is also a professional editor and own a well known publisher company at Solo, said that a writer should have his or her own blog.

I think this is a good opportunity for me to write what I want to write and see if people like it, and perhaps some of you would like to make a comment. Honestly, I really want to know the respond. People might like your writing or the worse case, they will hate it. But, I will never know if I don't have a blog, and if I don't write on it or if no one make a comment...

So this year, 2011, is the year of hope and for me it means a lot. Becoming a writer, now or never...